Untuk Sahabat Hena Sp, Buatlah Blog ini menjadi lebih hidup dengan memberi komentar di setiap artikel yang anda baca. Thx

Senin, 13 Juni 2011

Upadesha 7 : Dapatkah kita selalu mempercayai kata hati ?

Sebaiknya hati-hati, karena untuk orang biasa seperti kita kata hati tidak selalu benar. Sehingga untuk orang biasa [orang kebanyakan] jawabannya tidak. Tidak semua orang boleh mendengarkan pesan-pesan dari dalam bathin. Apalagi kata hati itu keluar ketika kita sedang nafsu, marah, tersinggung, sakit hati, sial, tidak puas, dll yang negatif. Dalam keadaan demikian kata hati jangan didengarkan, sebab nanti kita bisa dikacaukan. Dengarlah dan pilahlah kata hati, hanya ketika bathin kita tenang-damai, penuh rasa syukur, penuh kasih sayang, dll yang positif.

Analogi-nya seperti kolam dengan air yang keruh, dimana airnya tidak dapat terlihat dengan baik. Kalau dalam keadaan bathin yang keruh mau mencoba mendengarkan pesan-pesan dari dalam bathin, kemungkinan salahnya tinggi. Bagi orang biasa yang kolamnya masih keruh, tidak disarankan untuk mendengarkan semua pesan-pesan dari dalam bathin [suara hati].

Kata hati hanya dapat menjadi inspirasi yang bersih kalau lumpurnya sudah mengendap. Laksana para yogi yang bathinnya sudah bersih, air kolam yang keruh itu sudah lama beliau endapkan kotorannya, di dasar kolam, sehingga airnya bersih dan jernih. Kalau bathin sudah sejernih itu, pesan-pesan dari dalam bathin [suara hati] baru bisa bersih sekali.

Bahkan seorang yogi yang sudah dalam-pun kadang masih digoda oleh pesan-pesan dari dalam bathin. Tapi para yogi ini, dengan bathin yang sudah bersih, mereka bisa memilah-milah yang mana diambil yang mana tidak.


sumber :
Rumah Dharma – Hindu Indonesia