Untuk Sahabat Hena Sp, Buatlah Blog ini menjadi lebih hidup dengan memberi komentar di setiap artikel yang anda baca. Thx

Senin, 04 April 2011

Mengelola Stress di Tempat Kerja

BEBAN: Pekerjaan rentan menimbulkan stres, terutama pekerja yang menganggapnya sebatas beban. Jadikan sebagai sarana aktualisasi diri untuk mengurangi tekanan.

STRES bisa melanda siapa saja,termasuk pekerja kantoran.Terutama bagi mereka yang menganggap pekerjaan hanya sebatas kewajiban atau beban. Sejatinya stres merupakan suatu respons psikologis dan tubuh terhadap peristiwaperistiwa, yang membuat keseimbangan seseorang terganggu.

Faktor yang menimbulkan tekanan mental disebut stressor,sedangkan stres adalah akibatnya. Stres bisa menyerang siapa pun,kapan pun,di mana pun. Stres bisa disebut sebagai “bumbu” kehidupan dan tidak dapat dielakkan. Bahkan, ada juga orang yang hampir selalu membutuhkan stres untuk eksistensinya. Stres dibedakan menjadi eustress,yaitu tekanan mental yang sifatnya sehat atau positif.
Misalnya, ketika seseorang menghadapi stressor tertentu di mana dia harus berkompetisi dengan orang lain. Untuk stressor jenis itu justru menyebabkan stres yang sehat atau berefek positif meningkatkan energi,semangat, dan gairah. “Stres jenis ini sebetulnya diperlukan seseorang agar bisa fight dan bertahan,”ujar psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Suryo Dharmono SpKJ.

Menurut Hans Selye, dokter yang dikenal dengan Stress Theory-nya, walaupun kata-kata stres berkonotasi negatif, tapi tidak selalu berarti jelek. “Stres perlu agar ada motivasi, pertumbuhan, perkembangan, serta perubahan,” ungkap pria yang pernah menjabat President of the International Institute for Stress Research.
Kebalikan eustress adalah distress, kondisi saat seseorang menghadapi stressorkemudian berbuah negatif pada dirinya. Penyebabnya bisa karena stressor yang terlalu berat atau kepribadian orang tersebut yang memang lemah.Akibatnya timbullah penderitaan mental. “Selama ini yang kebanyakan orang sebut sebagai stres itu sebetulnya adalah distress, kalau eustress umumnya tidak disebut sebagai stres, melainkan suatu kekuatan,” ungkap Suryo.

Berbagai masalah atau perubahan dalam kehidupan bisa memicu stres. Misalnya, kematian binatang kesayangan, kematian orang terkasih,mengurus anak atau orangtua sakit-sakitan,lingkungan bertetangga yang tidak nyaman, pindah rumah,cekcok dengan mertua, perceraian, hingga kehamilan tak diinginkan.

Selain itu, masalah pekerjaansepertimutasi, pensiun,ketidakcocokan partner kerja, atau sering bertengkar dengan atasan juga bisa menjadi stressor. Pertanyaanyangkerapmuncul, apakah suatu pekerjaan dapat menimbulkan stres? “Jawabannya bisa ‘tidak’ atau ‘ya’,” kata staf bagian psikiatriFKUI/RSCM Yakarta, Dr Nurmiati Amir SpKJ, saat peluncuran program kampanye Colour Your Life PT Pfizer Indonesia,belum lama ini.

Bila individu yang bekerja tersebut menganggap pekerjaansebagaisaranaaktualisasi diri, sesuatu yang dapat meningkatkan harga diri atau memenuhi kebutuhannya,maka dia tidak akan dibuat stres oleh pekerjaan. Baginya, pekerjaan adalah sesuatu yang menyenangkan dan tantangan menarik yang memacunya berkreasi atau berprestasi.

Sebaliknya, suatu pekerjaan potensial memicu stres apabila pekerjaan itu dipandang sebagai kewajiban semata atau beban yang harus dikerjakan.Akibatnya,mereka merasakan pekerjaan sebagai stressor yang dapat memengaruhinya sehingga mengganggu fisik atau psikis. Kendati demikian, tiap orang punya daya tahan dan kemampuan berbeda dalam beradaptasi dengan stres.

“Respons seseorang terhadap stressor dipengaruhi kerentanan genetik, kepribadian atau temperamen, serta dukungan sosial,” sebut wanita yang akrab disapa Eti. Dia menambahkan, tidak adanya dukungan sosial dari lingkungan sekitar bisa membuat stres terasa lebih berat. “Disinilah perlunya teman atau komunitas,untuk membantu meredakan stres,” tandasnya

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar